Sunday, January 4, 2015

ANALISA PERUBAHAN SOSIAL PADA MASYARAKAT BADUY

Jika kita melihat ulasan di atas, dapat kita analisis bahwa Perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan warga masyarakat Baduy, diawali dengan tanggapan mereka terhadap pikukuh sebagai identitas yang telah lama dipegang, adanya hubungan dengan masyarakat diluar kehidupan Baduy, menyebabkan munculnya beberapa keinginan yang dapat melanggar pikukuh, sehingga pemuka adat perlu turun tangan untuk mengatasinya.

Masyarakat Badui dapat digolongkan sebagai masyarakat masyarakat primitif. Kehidupan masyarakatnya masih memenuhi kebutuhan hidupnya pada kebutuhan-kebutuhan yang paling dasar atau pokok.
Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat baduy termasuk Teori Evolusi (Evilution Theory), karena teori ini pada dasarnya berpijak pada perubahanyang memerlukan proses yang cukup panjang. Dalam proses tersebut, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Ada bermacam- macam teori tentang evolusi. Teori tersebut digolongkan ke dalam beberapa kategori, yaitu ;Unilinear Theories Of Evolution, Universal Theories Of Evolution dan Multilined Theories Of Evolution.
Dalam masyarakat badui juga terdapat bentuk perubahan sosial yang tidak berpengaruh seperti perubahan pakaian yang diungkap di atas. Lelaki dari Badui Luar menggunakan ikat kepala biru bermotif batik. Perempuannya menggunakan kain batik dan baju biru tua atau hitam. Namun, banyak juga di antara mereka berkaus dan bercelana jins. Selain itu juga makanan mereka yang biasanya hanya ikan, kini mie instan juga mulai dikenal.
Dalam perubahan sosial terdapat factor pendorong dan penghambat, begitu pula dengan perubahan sosial masyarakat Badui. Sebelum terjadi beberapa perubahan pada masyarakat Badui seperti keterangan harian kompas di atas, masyarakat badui mengalami suatu keadaan yang sangat primitive atau terhambatnya perubahan sosial dan  Faktor-Faktor Penghambat Perubahan tersebut di antaranya:
1.      Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
Sebelum adanya wisatawan asing yang mengetahui keberadaan badui kehidupan mereka normal tanpa ada gangguan perubahan sosial yang terjadi. Karena mereka hanya hidup dengan mengandalkan aturan dari tetuanya. Kehidupan terasing masyarakat badui menyebabkan mereka tidak mengetahui perkembangan-perkembangan yang telah terjadi. Hal ini menyebabkan pola-pola pemikiran dan kehidupan masyarakat badui menjadi statis.
2.      Terlambatnya Perkembangan Ilmu Pengetahuan
ini dapat dikarenakan kehidupan masyarakat yang terasing dan tertutup, bahkan mereka memang dilarang untuk menonton tv seperti yang dijelaskan di atas. Sehingga mereka sangat sedikit sekali memperoleh informasi dan pengetahuan.
3.      Sikap Masyarakat yang Masih Sangat Tradisional
Pada masyarakat Badui terdapat para tetua yang masih suka mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau dapat membuat terlena dan sulit menerima kemajuan dan perubahan zaman. Akan tetapi agak berbeda dengan keadaan masyarakat badui yang masih muda, mereka sedikit banyak sudah terkontaminasi dengan budaya luar.
4.      Adat atau Kebiasaan yang Telah Mengakar
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Adakalanya adat dan kebiasaan begitu kuatnya sehingga sulit untuk diubah. Hal ini merupakan bentuk halangan terhadap perkembangan dan perubahan kebudayaan.
Seperti yang terjadi pada cerita di atas Dalam hal makanan, orang Baduy tergolong sangat fanatik. Mereka tidak mau menyantap makanan selain makanan tradisional yang mereka santap setiap hari. Maklum, masyarakat yang tinggal di pedalaman Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, ini sangat memegang teguh adat istiadat nenek moyang mereka hingga saat ini.
Pada saat sekarang ini, akibat globalisasi terjadi perubahan pada masyarakat badui sedikit demi sedikit. Hal tersebut disebabkan oleh Faktor-Faktor  Pendorong Perubahan diantaranya adalah:
5.      Adanya Kontak dengan Kebudayaan Lain
Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
Hal ini sesuai dengan kondisi masyarakat Baduy yang  tinggal di pedalaman hutan dan masih terisolir  sehingga  kebudayaan luar belum masuk. Selain itu, orang Baduy dalam merupakan yang paling patuh kepada seluruh ketentuan maupun aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Pu’un (Kepala Adat). Akan tetapi seiring berjalannya waktu banyak wisatawan baik dalam maupun luar negri yang datang mengunjungi suku Badui dengan membawa pengaruh yang bermacam-macam yang jelas berbeda dengan adat Baduy.
Walaupun demikian perubahan dapat terjadi tanpa melanggar pikukuh, karena memang perbuatan tersebut dikehendaki atau keadaan yang memaksa sehingga perubahan terjadi diluar kehendak mereka, sehingga muncul toleransi dari pemuka adat terhadap hal itu.
6.      Sistem Terbuka Masyarakat ( Open Stratification )
Masyarakat Badui saat ini jauh lebih terbuka dan lebih bisa di ajak bergaul ketimbang masyarakat Badui yang terdahulu, sehingga memudahkan mereka menerima kebudayaan baru walaupun hal itu sangat di larang keras oleh tetua/pu’un mereka.
Seperti yang diungkap pada kisah di atas selain berbahasa Indonesia, beberapa orang Baduy Dalam bisa pula menggunakan kata-kata berdialek Betawi, bahkan mengeluarkan kosakata bahasa Inggris. “Temen saya yang tinggal di Pondok Indah, Jakarta, punya istri orang Australia. Saya sering denger mereka ngomong bahasa Inggris,” ujar Jakri salah satu Badui Dalam menjelaskan dari mana ia mendapatkan pengetahuan tentang bahasa Inggris. Selain itu berteman akrab dengan orang Baduy Dalam tidak sulit karena orang-orang Baduy bersikap terbuka terhadap orang asing.
7.      Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang-Bidang Tertentu
Pergaulan dengan dunia luar membuat masyarakat Baduy bersentuhan dengan teknologi modern yang selama ratusan tahun dilarang oleh adat. Seperti masyarakat lain, mereka saat ini menonton televisi, menggunakan jam tangan, dan bahkan memiliki radio.  Sehingga mau tidak mau mereka berfikir untuk bisa mengikuti tren saat ini dan menunjukkan bahwa mereka juga merasa kurang puas dengan tekhnologi  yang mereka punya selama ini. Mereka ingin memiliki pengetahuan yang lebih dengan menonton tv atau mendengarkan radio.

http://vicky-nurul.blogspot.com/2012/02/analisis-perubahan-sosial-masyarakat.html

PERUBAHAN SOSIAL PADA MASYARAKAT BADUY

Dalam hal makanan, orang Baduy tergolong sangat fanatik. Mereka tidak mau menyantap makanan selain makanan tradisional yang mereka santap setiap hari. Maklum, masyarakat yang tinggal di pedalaman Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, ini sangat memegang teguh adat istiadat nenek moyang mereka hingga saat ini.

Mereka tidak akan menyantap jenis makanan yang tidak dimakan nenek moyang mereka. Mereka juga  tidak akan melakukan kebiasaan yang dulunya tidak pernah dilakukan nenek moyang mereka. Kebiasaan mandi  tidak menggunakan sabun masih berlangsung hingga saat ini.

Tidak memakai sabun mandi bukan berarti mereka tidak punya uang, tetapi benar-benar demi mengikuti kebiasaan orangtua mereka. Kalau ada warga Baduy yang coba-coba memakai sabun saat mandi dan sampai ketahuan, pasti mendapat teguran keras. Teguran ini bisa berujung pada pemecatan sebagai warga Baduy Dalam.

Akan tetapi, orang Baduy adalah manusia biasa yang punya keinginan untuk sedikit berbeda. Ketika di antara mereka berjalan-jalan menuju daerah lain atau bahkan hingga Jakarta dengan berjalan kaki, ada juga yang ingin mencoba minuman Sprite atau Coca-Cola.

Ketika Kompas mengajak beberapa warga Baduy Dalam berjalan-jalan hingga ke Rangkasbitung, di tengah jalan mereka haus. Saat ditawari minum, mereka ternyata memilih minuman Coca-Cola di kotak minuman pinggir jalan. Coca- Cola adalah jenis minuman yang tidak dikenal kakek-nenek mereka.

“Saya pernah makan di McDonaldÆs,” tutur Jakri (29), salah seorang warga Baduy Dalam. Makan di restoran waralaba dari Amerika Serikat itu rasanya bukan hal yang aneh, namun terasa janggal untuk Jakri yang berasal dari Kampung Cibeo, Kecamatan Leuwidamar.

Masyarakat Baduy hidup dengan aturan adat yang ketat. Di Baduy Dalam, pikukuh atau aturan adat adalah harga mati yang tidak bisa ditawar. Hal ini berbeda dengan Baduy Luar yang masih memperbolehkan naik kendaraan. Meskipun melihat berbagai barang berteknologi yang dibawa oleh wisatawan, masyarakat Baduy Dalam masih mempertahankan adat mereka.

Mereka masih “setia” berjalan kaki, mengedepankan kejujuran, menolak mencemari lingkungan (tanah dan air), dan tidak merokok. Baduy Dalam menerapkan adat lebih ketat dibandingkan dengan BaduyLuar.

Salah satu perbedaannya, warga Baduy Luar diperbolehkan berkendaraan. Menurut Jaro Cikeusik, Alim, apa yang dibawa masyarakat luar-sepanjang tidak bertentangan dengan adat-tidak memengaruhi kehidupan masyarakat Baduy Dalam. Jaro Alim menegaskan, adat yang dilanggar diyakini bisa menyebabkan bencana alam dan mengundang berbaga ipenyakit.

Suku Baduy sering disebut urang Kanekes. Mereka tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. Desa ini berada sekitar 38 km dari ibu kota Kabupaten Lebak, Rangkasbitung, atau sekitar 120 km dari Jakarta. Desa Kanekes memiliki 56 kampungBaduy.

Orang Baduy Dalam tinggal di Kampung Cikeusik, Cikertawana, dan Cibeo. Sedangkan orang Baduy Luar tinggal di 53 kampung lainnya. Kampung Baduy Luar sering disebut kampung panamping atau pendamping, yang berfungsi menjaga Baduy Dalam.

Untuk menuju Baduy Dalam, pengunjung bisa naik mobil dari Rangkasbitung ke terminal Ciboleger atau menyewa sampai ke Cijahe,lalu diteruskan dengan berjalan kaki untuk sampai ke kampung Baduy Dalam

Dalam keseharian, kaum lelaki dari Baduy Dalam menggunakan ikat kepala putih. Kecuali pu’un atau pemimpin adat, para lelaki menggunakan baju hitam dan sarung selutut berwarna biru tua bercorak kotak-kotak. Kaum perempuan menggunakan sarung batik biru, kembenbiru, baju luar putih berlengan panjang. Gadis gadis menggunakan gelang dan kalung dari manik.

Lelaki dari Baduy Luar menggunakan ikat kepala biru bermotif batik. Perempuannya menggunakan kain batik dan baju biru tua atau hitam. Namun, banyak juga di antara mereka berkaus dan bercelana jins.

Menurut Yuli (33), warga Baduy Luar, dalam sebulan ratusan orang datang ke Baduy. Mereka berlatar belakang pendidikan, ekonomi, dansosial yang beragam. Interaksi warga Baduy dengan masyarakat lain menyebabkan perubahan gaya hidup warga Baduy.

Menurut pakar budaya dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, UI, Prof Dr Ayatrohaedi (65), perubahan pada suatu masyarakat tidak dapat dihalangi. Adat tak dapat berbuat banyak menghadapi perubahan. Adat sering kali hanya menerapkan peraturan, namun tidak mampu menindak.

Kalau dulu masyarakat Baduy cukup makan dengan nasi, ikan asin dan garam, kini mereka gemar makan mi instan. Menurut Nasib (25), salah seorang pedagang makanan yang berkeliling dari Baduy Luar hingga Baduy Dalam, rata-rata sepekan ia bisa menjual 10 kardus atau400 bungkus mi instan.

Tak cuma mi instan, menyantap spageti dengan sumpit pun tidak membuat mereka kikuk. Awal September lalu, Narpa (45) dan dua anaknya, serta beberapa lelaki Baduy lahap menyantap makanan Italia yang disajikan tamu dari Jakarta yang menginap di rumahnya. Hanya istri Narpa saja yang mengaku tidak doyan.

Pergeseran selera makan pun terjadi pada anak-anak. Jarmin (46), warga Kampung Cibeo, mengaku, di masa anak-anak ia hanya memakan pisang bakar sebagai camilan. Kini ia harus mengeluarkan Rp 10.000 untuk jajan tiga anaknya yang gemar camilan-camilan dalam kemasan, permen, atau minuman kemasan.

Penjual makanan datang dari luar Cibeo sebab masyarakat Baduy Dalam tidak diperkenankan berdagang oleh adat. Peraturan adat hanya melarang masyarakat Baduy untuk makan daging kambing, anjing, dan kucing serta minum sesuatu yang memabukkan. Aturan ini menyebabkan es lilin, minuman ringan (soft drink), susu,roti, dan makanan ringan dengan mudah diterima masyarakat Baduy.

Jika bepergian ke kota, orang Baduy Dalam biasa membawa oleh-oleh buah-buahan atau makanan yang tak ada di kampungnya. “Habis enggak ada lagi yang boleh dibeli,” ungkap Sanif (25), warga Baduy Dalam berambut gondrong yang biasa membawa jeruk, apel, anggur, dan kelengkeng.

Di Jakarta, beberapa kali mereka dijamu makan di restoran mewah oleh kenalannya. Jangan heran kalau orang-orang Baduy Dalam bisa bercerita soal Toserba Sarinah atau Mal Pondok Indah.

Pergaulan dengan dunia luar membuat masyarakat Baduy bersentuhan dengan teknologi modern yang selama ratusan tahun dilarang oleh adat. Seperti masyarakat lain, mereka menonton televisi, menggunakan jam tangan, dan bahkan memiliki radio. “Kalau boleh beli motor, mau juga sih punya,” kata Saliya (27) sambil tertawa.

Orang Baduy Luar maupun Dalam kadang-kadang nonton televisi dirumah warga luar Baduy. Orang-orang Cibeo menonton di Ciboleger yang jaraknya sampai 12 km. Sementara orang Baduy dari Kampung Batu belah menonton ke Cijahe yang jaraknya 3 km.

“Kalau malam, orang-orang Baduy datang dengan membawa obor untuk menonton televisi,” tutur Acih, seorang warga Cijahe. “Nonton mah meunang. Mun boga tivi, teu meunang ku adat,” ujar Kuenci (67), buruh tani yang mengatakan bahwa adat tidak melarang mereka menonton, yangtidak diperbolehkan adalah memiliki televisi.

Kuenci selalu mampir untuk menonton televisi sepulang bertani di Leuwidamar. Jumat (3/9) siang, ia tengah menonton siaran berita, mengaku meski tak mengerti bahasa Indonesia, tapi ia menyukai gambar-gambar bergerak di televisi.

Sanip (28) yang tiga bulan lalu berganti status dari Baduy Dalam menjadi Baduy Luar pun sudah menggunakan jam tangan. Begitu juga Saliya yang sejak lahir berstatus warga Baduy Luar. “Jam ini dikasih teman tahun kemarin,” ucap Saliya. Ia mengaku belajar membaca jam tangan selama setahun.

Buat Saliya dan Sanip, fungsi jam tidak hanya sebagai penunjuk waktu, tetapi juga untuk “gaya-gayaan”. Saliya yang berasal dari Kampung Kaduketug dan Sanip dari Kampung Balimbing menanggalkan jam tangan sebelum masuk kampungnya.

“Tidak berani pake, takut kena marah orang tua atau jaro,” kata Saliya, ayah dua anak ini. Jaro adalah wakil dari pemimpin adat yang berhubungan langsung dengan warga. Jaro terdapat di setiap kampong Baduy. Jaro berkedudukan di bawah pu’un.

Di Kampung Kaduketug (Baduy Luar), banyak warga memiliki radio. Setiap sebulan sekali, jaro memperingatkan warga agar selalu taat pada adat. “Sebetulnya sih takut. Tapi jaro-nya juga punya,” kata Antiwin (26).

Tak cuma radio, Yuli warga Baduy Luar bahkan sudah punya telepon seluler atau ponsel. Beberapa warga Baduy Dalam, meski tak punya ponsel dan tak dapat baca-tulis, dapat menggunakan telepon. Jangan kaget jika ada orang Baduy Dalam bilang, “Saya minta alamat dan nomor HP kamu, ya.” “Saya suka telepon lewat wartel di Ciboleger. Tadinya memangenggak kenal angkanya. Tetapi, disamakan saja antara gambarnomorditelepondandicatatansaya,”ungkapJarmin. 

Orang Baduy sehari-hari berbahasa Sunda kasar. Bahasa yang dipakai mereka tidak mengenal tingkatan bahasa atau pemakaian bahasa berdasarkan status sosial. Rasa hormat pada orang lain tidak diperlihatkan lewat kata-kata khusus, tetapi lewat tingkah laku mereka.

Adat mengharuskan mereka berbahasa Sunda untuk mempertahankan kemurnian budaya masyarakat. Namun, tak sulit menemukan orang Baduy yang bisa berbahasa Indonesia, terutama di Baduy Luar. Mereka yang fasih berbahasa Indonesia biasanya orang-orang yang sering bepergian ke kota.  

Selain berbahasa Indonesia, beberapa orang Baduy Dalam bisa pula menggunakan kata-kata berdialek Betawi, bahkan mengeluarkan kosakata bahasa Inggris. “Temen saya yang tinggal di Pondok Indah, Jakarta, punya istri orang Australia. Saya sering denger mereka ngomong bahasa Inggris,” ujar Jakri menjelaskan dari mana ia mendapatkan pengetahuan tentang bahasa Inggris.

Orang Baduy juga senang bercanda, tetapi hanya dengan orang yang sudah dikenalnya. “Kalau belum kenal, saya diam saja,” aku Sanif yang sering bercanda dan saling bertukar pengetahuan bahasa Indonesia dengan teman-temannya. Sanif juga bisa berdialek Betawi karena sering berdagang di Jakarta.

Berteman akrab dengan orang Baduy Dalam tidak sulit karena orang-orang Baduy bersikap terbuka terhadap orang asing. Ayatrohaedi membenarkan hal itu. Sewaktu ia datang ke Baduy tahun 1967 dan tidak memiliki tempat menginap, seorang warga Baduy dengan tulus menawari untuk menginap di rumahnya. (Y01/Y02/Y09/Y10/nas)

“Perubahan pada suatu masyarakat tidak dapat dihalangi. Adat tak dapat berbuat banyak menghadapi perubahan. Adat sering kali hanya menerapkan peraturan, namun tidak mampu menindak.” 

http://warungminum.wordpress.com/2008/05/27/masyarakat-baduy-yang-mengalami-perubahan/
http://geocorida.blogspot.com/2008/08/perubahan-budaya-masyarakat-baduy-1.html

Sunday, December 21, 2014

FENOMENA PERUBAHAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT

Pada umumnya masyarakat di dunia ini dalam kehidupannya dipastikan akan mengalami Perubahan Sosial. Perubahan ini terjadi dalam suatu proses yang terus-menerus, namun Perubahan Sosial antar masyarakat tidak selalu sama. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor eksternal maupun internal dalam sebuah tatanan sistem sosialnya.

Perubahan Sosial

1. Pengertian Perubahan Sosial

Beberapa sosiolog mengartikan definisi Perubahan Sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat yang tercakup atas aspek-aspek dari suatu masyarakat, ataupun terjadinya suatu perubahan dari faktor lingkungan karena perubahan komposisi penduduk, kondisi geografis, serta perubahan sistem hubungan sosial, maupun terjadinya suatu perubahan pada lembaga kemasyarakatannya.

2. Bentuk Perubahan Sosial

Perubahan Sosial bisa dibedakan memjadi beberapa bentuk, diantaranya ;

    Perubahan Cepat dan Perubahan Lambat

Perubahan sosial yang berlangsung cepat, pada umumnya disebut revolusi. Hal yang utama dari revolusi yaitu terdapatnya suatu perubahan yang terjadi secara cepat, selain itu perubahan tersebut juga menyangkut dasar-dasar pokok dari kehidupan manusia. Perubahan yang terjadi secara revolusi bisa direncana­kan maupun tidak direncanakan. Perubahan secara revolusi, sebetulnya kecepatan berlangsungnya suatu perubahan adalah relatif, disebabkan ada suatu revolusi yang berlangsung lama. Misalnya, Revolusi Industri di negara Inggris yaitu perubahan­-perubahan yang terjadi dari suatu proses produksi tanpa penggunaan mesin, hingga proses produksi memakai mesin. Perubahan ini diduga merupakan perubahan yang cepat, karena merubah pokok kehidupan masyarakat, yaitu adanya suatu sistem hubungan antara buruh dan majikan.

Sedangkan Perubahan Sosial yang bersifat lambat atau lama sering disebut dengan evolusi. Perubahan secara evolusi biasanya terjadi tanpa adanya rencana terlebih dulu. Evolusi pada umumnya terjadi dikarenakan usaha-usaha masyarakat untuk beradaptasi dengan kepentingan-kepentingan, keadaan-keadaan, dan kondisi-kondisi baru yang tumbuh seiring dengan pertumbuhan masyarakat. Rangkaian perubahan-perubanan itu tidak perlu sejalan dengan serangkaian peristiwa-peristiwa pada sejarah masyarakat yang bersangkutan.

    Perubahan Besar dan Perubahan Kecil

Perubahan sosial yang besar pada dasarnya adalah perubahan yang bisa membawa pengaruh yang besar bagi masyarakat. Misal, terjadinya proses industrialisasi pada masyarakat yang masih agraris. Di sini lembaga-lembaga kemasyarakatan akan terkena pengaruhnya, yakni hubungan kerja, sistem pemilikan tanah, klasifikasi masyarakat, dan yang lainnya.

    Perubahan Direncanakan Dan Tidak Direncanakan

Perubahan yang direncanakan yaitu perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, yang telah direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang mengiinginkan adanya perubahan. Pihak yang menginginkan adanya perubahan itu disebut Idengan agent of change atau agen pembaharu. Agent of change, adalah seorang atau sekelompok orang yang memimpin masyarakat dalam merubah sistem sosial yang ada. Tentunya agent of change ini sudah mendapatkan kepercayaan dari masyarakat untuk memimpin adanya suatu perubahan. Agent of change selalu mengawasi jalannya perubahan yang dikehendaki atau direncanakan itu.

Sedangkan perubahan sosial yang tidak direncanakan adalah terjadinya perubahan-perubahan yang tidak direncanakan atau dikehendaki, dan terjadi diluar pengawasan masyarakat dan dapat menimbulkan akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan masya­rakat. Misalnya, terjadinya musim kemarau yang berkepanjangan dan berakibat sulitnya mendapatkan penghasilan yang cukup hingga membuat banyak anggota masyarakat nekat melakukan tindakan-tindakan kriminal, hanya agar dapat memenuhi kelangsungan hidupnya.

3. Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Sosial

Perubahan sosial terjadi karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor­ faktor tersebut berasal dari dalam maupun dari luar masyarakat itu sendiri. Faktor penyebab yang berasal dari dalam meliputi ;

    Bertambah atau berkurangnya penduduk

Terjadinya pertambahan penduduk yang amat cepat akan mengakibatkan perubahan dalam struktur masyarakat, khususnya dalam lembaga kemasyarakatan­ nya. Contoh, orang akan mengenal hak milik atas tanah, mengenal sistem bagi hasil, dan yang lainnya, dimana sebelumnya tidak pernah mengenal.

Sedangkan berkurangnya jumlah penduduk akan berakibat terjadinya kekosong­ an baik di dalam pembagian kerja, maupun stratifikasi sosial, hal tersebut akan mempengaruhi lembaga-lernbaga kemasyarakatan yang ada.

    Penemuan-penemuan baru

Suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar, tetapi terjadi dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, adalah inovasi. Proses tersebut meliputi suatu penemuan barn, jalannya unsur kebudayaan baru yang tersebar ke lain-lain bagian masyarakat, dan cara-cara unsur kebudayaan baru tadi diterirna, dipelajari dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan. penemuan barn sebagai akibat terjadi­ nya perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam pengertian discovery dan invention. Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang barn, baik berupa alat, ataupun yang berupa gagasan yang diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan individu para individu. Discovery akan menjadi invention, jika masyarakat sudah mengakui, menerirna serta menerapkan penemuan baru tersebut.

    Pertentangan (Conflict) masyarakat

Pertentangan ini bisa terjadi antara individu dengan kelompok ataupun antara kelompok dengan kelompok. Misalnya, pertentangan antara generasi muda dengan generasi tua. Generasi muda pada umumnya lebih senang menerima unsur-unsur kebudayaan asing, dan sebaJiknyagenerasi tua tidak menyenangi hal tersebut. Keadaan seperti ini pasti akan mengakibatkan perubahan di dalam masyarakat.

    Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi

Revolusi yang terjadi pada suatu masyarakat akan membawa akibat berubahnya segala tata cara yang berlaku pada lembaga-Iembaga kemasyarakatannya. Biasanya hal ini diakibatkan karena adanya kebijaksanaan atau ide-ide yang berbeda.

Sedangkan faktor penyebab terjadinya perubahan sosial yang berasal dari luar masyarakat, meliputi:

    Lingkungan alam fisik yang ada disekitar manusia

Adanya bencana alam pada suatu masyarakat, akan dapat berakibat masyarak tersebut dengan sangat terpaksa pindah ke tempat yang lain. Adanya perpindahan k tempat yang barn, membuat masyarakat itu berusaha beradaptasi dengan lingkungt annya yang barn tersebut. Tentunya hal ini akan berakibat pula berubahnya lembaga sosial yang telah ada. Misalnya, sebelum terjadi bencana mereka tinggal di pinggir pantai, dan mata pencahariannya adalah sebagai nelayan, kemudian pindah kedaerah pertanian. Merekapun terpaksa belajar bertani, jelas hal ini memerlukan suatu adaptasi. Dengan demikian Jembagasosial yang ada pada masyarakat tersebut juga berubah karena dari masyarakat nelayan, menjadi masyarakat yang menekuni bidang per­tanian.

    Terjadinya Perang

Terjadinya perang antar suku ataupun negara akan berakibat munculnya perubahan-perubahan, pada suku atau negara yang kalah. Pada umumnya mereka yani menang akan memaksakan kebiasaan-kebiasaan yang biasa dilakukan oleh masyrakatnya, ataupun kebudayaan yang dimilikinya kepada suku atau negara yan mengalami kekalahan. Contohnya, Jepang yang kalah perang dalam Perang Dunia I masyarakatnya mengalami perubahan-perubahan yang sangat berarti.

    Pengaruh kebudayaan asing

Adanya pengaruh kebudayaan asing ini akan dapat mempengaruhi terjadiny perubahan-perubahan pada masyarakat yang kena pengaruhnya. Terdapatnya hubungan secara fisik antara kebudayaan dua masyarakat akan mengakibatkan pengaru timbal-balik. Jadi biasanya setiap kebudayaan masyarakat akan mempengaru masyarakat lainnya, tetapi juga dapat menerima pengaruh kebudayaan dari masyarakat yang lain pula. Adanya proses penerimaan pengaruh kebudayaan asing ini disebut dengan akulturasi.

Begitulah penjelasan tentang Fenomena Perubahan Sosial dalam Masyarakat, semoga apa yang kami paparkan di atas dapat menambah wawasan serta pengetahuan Anda tentang Perubahan Sosial.
source : https://www.sipendik.com/fenomena-perubahan-sosial-dalam-masyarakat/

Sunday, December 7, 2014

PENGARUH MEDIA MASSA TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL

INTERNET DAN MASYARAKYAT
Sebagai makhluk sosial, tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri. Manusia memerlukan masyarakat untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam perkembangannya, masyarakat terus menerus mengalami perubahan. Bahkan sistem sosial terbentuk melalui hubungan-hubungan/interaksi yang dilakukan oleh individu-individu.
Perubahan yang terjadi dalam perkembangan masyarakat ini kadang baru kita sadari ketika dilakukan pengamatan terhadap suatu masyarakat dari waktu ke waktu. Cepatnya perkembangan masyarakat dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah karena pesatnya perkembangan teknologi di bidang komunikasi
Komunikasi memang berperan sangat banyak dalam kehidupan manusia,terutama kelebihannya mempengaruhi mentalitas masyarakat. Hal itu tidak bisa disangkal lagi pada era globalisasi yang terjadi saat ini. Selain manusia sebagai subjek dan objek dari proses komunikasi, yang tidak boleh di abaikan adalah peranan media di dalam proses tersebut.
Media komunikasi memang tidak bisa berdiri sendiri tanpa campur tangan manusia, namun kelebihannya dalam menyampaikan pesan jauh lebih efektif ketimbang si individu mencoba menyampaikan informasi itu sendiri tanpa media. Oleh karena itu, posisi media sangat penting, baik dilihat dari aspek subjek (pelaku/komunikator) maupun proses penyebaran informasi serta efek yang diharapkan.
Keberadaan media komunikasi saat ini menjadi suatu kebutuhan yang tidak bisa dilepaskan dari manusia. Oleh sebab itu munculah berbagai sarana komunikasi yang diharapkan mampu mempercepat proses penyebaran informasi. Salah satunya yaitu internet, media ini merupakan bentuk sarana komunikasi yang paling efektif  saat ini didalam mensosialisasikan informasi kepada masyarakat banyak, selain itu internet juga menjadi salah satu ujung tombak bagi percepatan penyebaran informasi  kepada masyarakat ketika batasan-batasan, hambatan geografis, iklim/cuaca dan lain-lain tidak menjadi penghalang berarti bagi tersebarnya informasi tersebut ke khalayak  ramai.
Keefektifan dan peranannya yang begitu hebat menjadikan media internet sebagai salah satu komponen penting bagi pembentukan kepribadian, prilaku dan pengalaman kesadaran masyarakat. Oleh karena itu banyak kelompok masyarakat yang berupaya menjadikan internet sebagai sarana propaganda ide, cita-cita, nilai dan norma yang mereka ingin ciptakan. Peranan media internet ini berpengaruh terhadap perubahan social yang di alami masyarakat, terutama perubahan mentalitas atau struktur masyarakat, pola pikir dan prilaku masyarakat didalam melakukan interaksinya. Sehingga tidak heran bila ada suatu komunitas masyarakat yang kurang siap menghadapi perkembangan tersebut dan mengakibatkan terjadinya krisis nilai dan norma di dalam masyarakat tersebut.
Sebenarnya penggunaan internet tidak hanya mempunyai dampak negatif tetapi juga banyak terdapat dampak positifnya. Internet memberikan manfaat yang begitu besar tetapi di lain pihak internet menjadi suatu media informasi yang tidak mudah untuk di batasi. berbagai macam informasi dalam berbagai bentuk dan tujuan bercampur menjadi satu di mana untuk mengaksesnya hanya perlu satu sentuhan jari saja.
Internet juga dapat menjalankan kontrol sosial, yaitu suatu proses mempengaruhi orang-orang untuk bertingkah laku sesuai dengan harapan masyarakat. Kontrol sosial yang dilakukan melalui internet ini dapat dispesifikasikan lagi dalam beberapa hal, contohnya melalui blog, web, atau melalui jejaring sosial dalam internet seperti Friendster, Yahoo Messanger, Nimbus, Facebook, Twitter dan lain sebagainya. Bahkan kecanggihan teknologi pada internet tidak lagi sebatas mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai dengan harapan masyarakat saja melainkan juga menyangkut perubahan-perubahan yang dikehendaki. Sebagai sarana social engineering, internet mampu menimbulkan perubahan-perubahan dalam tingkah laku anggota-anggota masyarakat.
Misalnya saja Facebook, sebagai salah satu jejaring social yang paling diminati masyarakat karena  sistemnya yang mudah di mengerti ini telah menjadi suatu kebutuhan yang sangat melekat dalam kehidupan manusia, tidak hanya para remaja bahkan anak kecil dan para orang tua pun tidak luput dari sasaran.
Selain sebagai media perantara komunikasi antar penggunanya, facebook juga telah berhasil membuat interaksi yang awalnya hanya di daerah - daerah terpencil kini sudah bisa ke luar kota bahkan  menyebarluas di seluruh dunia, bahkan tidak sedikit pasangan yang berawal dari perkenalannya di facebook. Di sisi lain, facebook juga berdampak negatif, banyak kriminal-kriminalitas yang terjadi akibat adanya facebook, dengan motif pendekatan antar penggunanya seperti pencurian dan penipuan-penipuan baik itu dalam bentuk penjualan produk maupun transaksi uang.
Selain itu kasus perceraian pun semakin bertambah banyak, karna dengan adanya jejaring social ini telah mempermudah terjadinya perselingkuhan, kehidupan keluarga yang awalnya aman sejahtera menjadi tidak harmonis karna masing-masing individu mulai sibuk dengan kegiatan-kegiatan barunya di dunia maya. Masih banyak lagi manfaat dan akibat yang membuat perubahan social di masyarakat semakin meningkat.
Jejaring sosial seperti facebook ini sebagai salah satu bentuk perkembangan teknologi di bidang komunikasi sangat mempengaruhi perubahan sosial. Hukum juga dapat digunakan sebagai sarana social engineering yaitu melalui penggunaan secara sadar untuk mencapai suatu tertib atau keadaan masyarakat sebagaimana dicita-citakan atau untuk melakukan perubahan-perubahan yang diinginkan. Namun bagaimana jika ternyata hukum dirasakan tidak memihak kepada keadilan oleh masyarakat? Dapatkah contoh-contoh kasus di atas disebut sebagai salah satu cara yang dapat dilakukan oleh suatu kelompok sosial, yang disebut facebookers, untuk mewujudkan rasa keadilan dan juga mengakibatkan terciptanya suatu perubahan sosial dalam masyarakat?
Facebook hanyalah salah satu diantara banyak jejaring social maupun situs-situs yang ada didalam internet. Sebenarnya, berbicara masalah positif dan negative, semua hal apapun pasti ada dampak positif dan negatifnya, ada sebab  –ada akibat.
Namun semua itu kembali pada para penggunanya, bagaimana kita memanfaatkannya, dan kemana kita mengarahkannya menjadi suatu hal yang sangat berguna, baik untuk individu si pengguna maupun masyarakat luas serta negara kita.