Sunday, January 4, 2015

ANALISA PERUBAHAN SOSIAL PADA MASYARAKAT BADUY

Jika kita melihat ulasan di atas, dapat kita analisis bahwa Perubahan sosial yang terjadi dalam kehidupan warga masyarakat Baduy, diawali dengan tanggapan mereka terhadap pikukuh sebagai identitas yang telah lama dipegang, adanya hubungan dengan masyarakat diluar kehidupan Baduy, menyebabkan munculnya beberapa keinginan yang dapat melanggar pikukuh, sehingga pemuka adat perlu turun tangan untuk mengatasinya.

Masyarakat Badui dapat digolongkan sebagai masyarakat masyarakat primitif. Kehidupan masyarakatnya masih memenuhi kebutuhan hidupnya pada kebutuhan-kebutuhan yang paling dasar atau pokok.
Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat baduy termasuk Teori Evolusi (Evilution Theory), karena teori ini pada dasarnya berpijak pada perubahanyang memerlukan proses yang cukup panjang. Dalam proses tersebut, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Ada bermacam- macam teori tentang evolusi. Teori tersebut digolongkan ke dalam beberapa kategori, yaitu ;Unilinear Theories Of Evolution, Universal Theories Of Evolution dan Multilined Theories Of Evolution.
Dalam masyarakat badui juga terdapat bentuk perubahan sosial yang tidak berpengaruh seperti perubahan pakaian yang diungkap di atas. Lelaki dari Badui Luar menggunakan ikat kepala biru bermotif batik. Perempuannya menggunakan kain batik dan baju biru tua atau hitam. Namun, banyak juga di antara mereka berkaus dan bercelana jins. Selain itu juga makanan mereka yang biasanya hanya ikan, kini mie instan juga mulai dikenal.
Dalam perubahan sosial terdapat factor pendorong dan penghambat, begitu pula dengan perubahan sosial masyarakat Badui. Sebelum terjadi beberapa perubahan pada masyarakat Badui seperti keterangan harian kompas di atas, masyarakat badui mengalami suatu keadaan yang sangat primitive atau terhambatnya perubahan sosial dan  Faktor-Faktor Penghambat Perubahan tersebut di antaranya:
1.      Kurangnya Hubungan dengan Masyarakat Lain
Sebelum adanya wisatawan asing yang mengetahui keberadaan badui kehidupan mereka normal tanpa ada gangguan perubahan sosial yang terjadi. Karena mereka hanya hidup dengan mengandalkan aturan dari tetuanya. Kehidupan terasing masyarakat badui menyebabkan mereka tidak mengetahui perkembangan-perkembangan yang telah terjadi. Hal ini menyebabkan pola-pola pemikiran dan kehidupan masyarakat badui menjadi statis.
2.      Terlambatnya Perkembangan Ilmu Pengetahuan
ini dapat dikarenakan kehidupan masyarakat yang terasing dan tertutup, bahkan mereka memang dilarang untuk menonton tv seperti yang dijelaskan di atas. Sehingga mereka sangat sedikit sekali memperoleh informasi dan pengetahuan.
3.      Sikap Masyarakat yang Masih Sangat Tradisional
Pada masyarakat Badui terdapat para tetua yang masih suka mengagung-agungkan tradisi dan masa lampau dapat membuat terlena dan sulit menerima kemajuan dan perubahan zaman. Akan tetapi agak berbeda dengan keadaan masyarakat badui yang masih muda, mereka sedikit banyak sudah terkontaminasi dengan budaya luar.
4.      Adat atau Kebiasaan yang Telah Mengakar
Adat atau kebiasaan merupakan pola-pola perilaku bagi anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Adakalanya adat dan kebiasaan begitu kuatnya sehingga sulit untuk diubah. Hal ini merupakan bentuk halangan terhadap perkembangan dan perubahan kebudayaan.
Seperti yang terjadi pada cerita di atas Dalam hal makanan, orang Baduy tergolong sangat fanatik. Mereka tidak mau menyantap makanan selain makanan tradisional yang mereka santap setiap hari. Maklum, masyarakat yang tinggal di pedalaman Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, ini sangat memegang teguh adat istiadat nenek moyang mereka hingga saat ini.
Pada saat sekarang ini, akibat globalisasi terjadi perubahan pada masyarakat badui sedikit demi sedikit. Hal tersebut disebabkan oleh Faktor-Faktor  Pendorong Perubahan diantaranya adalah:
5.      Adanya Kontak dengan Kebudayaan Lain
Perubahan tersebut terjadi karena usaha-usaha masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
Hal ini sesuai dengan kondisi masyarakat Baduy yang  tinggal di pedalaman hutan dan masih terisolir  sehingga  kebudayaan luar belum masuk. Selain itu, orang Baduy dalam merupakan yang paling patuh kepada seluruh ketentuan maupun aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Pu’un (Kepala Adat). Akan tetapi seiring berjalannya waktu banyak wisatawan baik dalam maupun luar negri yang datang mengunjungi suku Badui dengan membawa pengaruh yang bermacam-macam yang jelas berbeda dengan adat Baduy.
Walaupun demikian perubahan dapat terjadi tanpa melanggar pikukuh, karena memang perbuatan tersebut dikehendaki atau keadaan yang memaksa sehingga perubahan terjadi diluar kehendak mereka, sehingga muncul toleransi dari pemuka adat terhadap hal itu.
6.      Sistem Terbuka Masyarakat ( Open Stratification )
Masyarakat Badui saat ini jauh lebih terbuka dan lebih bisa di ajak bergaul ketimbang masyarakat Badui yang terdahulu, sehingga memudahkan mereka menerima kebudayaan baru walaupun hal itu sangat di larang keras oleh tetua/pu’un mereka.
Seperti yang diungkap pada kisah di atas selain berbahasa Indonesia, beberapa orang Baduy Dalam bisa pula menggunakan kata-kata berdialek Betawi, bahkan mengeluarkan kosakata bahasa Inggris. “Temen saya yang tinggal di Pondok Indah, Jakarta, punya istri orang Australia. Saya sering denger mereka ngomong bahasa Inggris,” ujar Jakri salah satu Badui Dalam menjelaskan dari mana ia mendapatkan pengetahuan tentang bahasa Inggris. Selain itu berteman akrab dengan orang Baduy Dalam tidak sulit karena orang-orang Baduy bersikap terbuka terhadap orang asing.
7.      Ketidakpuasan Masyarakat terhadap Bidang-Bidang Tertentu
Pergaulan dengan dunia luar membuat masyarakat Baduy bersentuhan dengan teknologi modern yang selama ratusan tahun dilarang oleh adat. Seperti masyarakat lain, mereka saat ini menonton televisi, menggunakan jam tangan, dan bahkan memiliki radio.  Sehingga mau tidak mau mereka berfikir untuk bisa mengikuti tren saat ini dan menunjukkan bahwa mereka juga merasa kurang puas dengan tekhnologi  yang mereka punya selama ini. Mereka ingin memiliki pengetahuan yang lebih dengan menonton tv atau mendengarkan radio.

http://vicky-nurul.blogspot.com/2012/02/analisis-perubahan-sosial-masyarakat.html

0 comments:

Post a Comment